Rabu, 26 Oktober 2011

Film White Snake Legend Era 1990-an (“Istriku... Suamiku”)


SUDAH menonton The Sorcerer and the White Snake? Jika belum, segeralah menonton mumpung filmnya masih tayang di bioskop.Itulah versi baru dari dongeng siluman ular putih yang kisahnya sudah berkali-kali difilmkan dan diobuatkan serial TV-nya. Bagi penonton Indonesia, terutama yang tumbuh di tahun 1990-an, kisah siluman ular putih produksi China Taiwan Television Entrprise Ltd. pastilah yang paling dikenang.

Itu lho yang siluman ular putih dan suaminya saling sahut, “Istriku,” “Suamiku.”

Menengok ke arsip tabloid ini, saya menemukan ulasan serial White Snake Legend tahun 1990-an. Menurut arsip tabloid di edisi 160, Minggu ketiga Maret 1994, serialnya tayang mulai tayang 22Maret, setiap Selasa, pukul 19.30 WIB di SCTV. Totalnya berjumlah 50 episode, artinya hampir setahun serialnya menemani pemirsa TV. Pantas bila kita begitu mengenangnya.

Waktu itu, White Snake Legend tayang tak lama setelah versi layar lebar dengan judul White Snake and Green Snake yang dibintangi Joey Wong dan Maggie Cheung diputar di bioskop. Walau jalinan cerita garis besarnya sama, tentu versi serial TV lebih runut dan detil.

Serial White Snake Legend berkisah soal usaha balas budi seekor ular yang diselamatkan nyawanya oleh seorang bocah gembala. Melalui pertapaan keras disertai tekad baja selama 1700 tahun di gunung Go Bi (E Mei), akhirnya si ular menjadi manusia, sesosok wanita cantik jelita.Namun ternyata hukumannya belum tuntas. Ia belum boleh meninggalkan kehidupan duniawi sebelum memenuhi janjinya pada gembala yang dulu menyelamatkan nyawanya.

"Istriku... Suamiku."

Dengan petunjuk Dewi Kwan Im (dewi welas asih), Pai Su Cen, nama sang siluman, turun ke dunia. Di dunia, ia bertemu siluman ular lain, Ular Hijau. Keduanya berduel. Karena kalah, Ular Hijau menetapi janjinya setia pada Pai Su Cen. Mereka akhirnya berikrar jadi kaka-adik. Ular Hijau bernama Ching Erl.

Bersama Ching Erl, Pai Su Cen menelusuri danau Si Hu mencari gembala yang dulu menolongnya. Sesuai petunjuk, pada hari Ceng Beng (hari membersihkan dan menziarahi makam keluarga) orang yang dicari akhirnya ditemukan. Melalui kesaktiannya, Pai Su Cen membuktikan kalau pemuda bernama Shi Han wen, seorang tabib di kota Su Chou, adalah reinkarnasi si bocah gembala.

Nah, yang terjadi kemudian, alih-alih membalas budi, Pai Su Cen dan Shi Han Wen malah saling jatuh cinta. Kduanya bahkan kemudian menikah. Han Wen tak tahu kalau istri dan adik iparnya sejatinya bukan manusia melainkan siluman ular.

Cerita makin seru karena istri dan adik iparnya kerap membuat onar dengan kekuatan ajaib mereka. Maksudnya sih baik, demi membahagiakan Han Wen yang terlalu baik dan jujur. Belum lagi ulah Ching Erl atau biasa dipanggil Siao Ching, yang cepat naik darah dan mudah tersingung, serta sikap usilnya nyaris membuka identitas mereka.

Tapi ujian cinta terberat Pai Su Cen dan Han Wen adalah bhiksu Fa Hai. Saat pertama melihat wajahnya, Fa Hai tahu Han Wen cocok jadi bhiksu. Bakat kemuliaan terpancar jelas dari paras wajah Han wen. Sayang Han wen menolak ajakannya, karena lebih tertarik hidup berkeluarga. Belakang bhiksu Fa Hai muncul lagi dengan tujuan yang sama, menarik Han Wen jadi muridnya. Ia berusaha memisahkan Han Wen dengan Pai Su Cen. Apalagi setelah ia tahu Pai Su Cen bukan manusia biasa, melainkan siluman ular.

legenda-ular-putih-hijau

Serial ini digarap sutradara Shia Chu Hai dan He Chi dengan gaya musikal seolah opera Cina. Banyak dialog yang dinyanyikan. Maka, selain dialog mesra “Istriku” “Suamiku”, serial ini juga punya lagu-laguyang diingat hingga kini.Tokoh Pai Su Cen dibintangi Chao Ya Che, sedang Ching Erl atau Siao Ching diperankan Chen Mei Chi. Namun, yang paling kita kenang tentu tokoh Shi Han Wen yang ternyata diperankan seorang wanita, bukan pria, yakni Caecelia Ye Thung.

Saat mengulas tokoh cowok tapi diperankan cewek ini, tabloid Bintang mengatakan hal itu cukup mengganjal. Tabloid ini menulis, “Si pemeran Han Wen yang sepintas wajahnya mirip Dewi Yull, memang telah berusaha menampilkan bahasa tubuh laki-laki.Tapi tetap saja kurang sreg. Agak tak enak melihat dua wanita berkasih-kasihan.”Dikatakan pula, keputusan memilih bintang wanita memerankan tokoh pria ini ada dasarnya. Tokoh Han Wen digambarkan lugu, kutu buku, naïf, dan sedikit penakut. Mungkin lebih pas bila dibawakan wanita.

Well, terlepas dari setuju atau tidak “dua wanita” berkasih-kasihan di layar, buat saya, bagian Han Wen yang aslinya cewek malah membuat kisahnya semakin dikenang.Walau ada beragam kisah siluman ular putih, versi 1990-an rasanya takkan pernah ilupa oleh generasi 1990-an.


2 komentar:

Unknown mengatakan...

salah nama ular ijonya dasar PA !!!!!

vio alessa mengatakan...

dulu kok ga sadar kalo pemeran Shi Han Wen itu cewek. malahan kesan romantisnya kerasa banget